Cerpen : Kematian Yang Mencari Keadilan


"Jangan Keluar dari mobil, biar aku yang hadapi"

Pinta Dimas kepada Anggun yang sedang menggendong buah hati mereka dengan wajah penuh ketakutan.

"Hey..!!! Apa-apaan Kalian ini, siapa kalian, Apa yang kalian inginkan, Kenapa menghalangi jalanku"

Tanya Dimas setalah menutup pintu mobilnya sambil berjalan menghampiri dua orang pemuda bertubuh besar yang berdiri tepat di depan mobil. Tanpa menjawab, kedua orang itu kemudian langsung menghajar Dimas.

"Hey,,, siapa kalian,,, Tolong-tolong,,,"

Tanya Dimas sembari menepis beberapa pukulan yang kemudian diikuti dengan teriakan minta tolong, namun sayang, lokasi mereka jauh dari keramaian, hanya terdengar deruan ombak yang menutupi pinta tolong Dimas.

"Jangan Berpura-pura lagi di hadapan Ku"

Plaak...

Sahut Chika yang kemudian diikuti dengan tamparan keras tepat mengenai wajah Dimas.
Dimas diam terpaku ketika ia mengetahui istrinya berdiri tepat didepannya, dengan tatapan penuh kebencian.

"Apa yang Kau Lakukan Disini. Jangan Berpura-pura lagi, hari ini juga Dia akan menerima akibatnya"

Dengan emosi yang membara, Chika berjalan menuju mobil yang sedang ditumpangi Anggun dan anaknya.

"Hey,, woiiiii,,,A*j*g,,B*g*t.., cepat buka pintunya, aku tau kau dengan anak-Mu didalam, cepat buka pintu mobil ini, atau aku pecahkan kaca mobil ini"

Anggun memberanikan dirinya, membuka pintu mobil dan keluar sendirian, sedangkan anaknya Ia dudukan didalam mobil.

"Dasar wanita tidak tahu diri, beraninya kamu merebut suami-Ku, mana anak itu"

Tanya Chika sambil mendorong Anggun dengan kuat hingga badan Anggun mengenai mobil yang tepat di belakangnya.

"Heh,,,jangan libatkan Anak ku, dia tidak ada hubungannya dengan Semua ini."

"Apa..!!? Tidak ada hubungannya..!!?, Dasar P*l*r"

Jawab Chika sambil menjambak rambut Anggun.
Adu Jotos pun tak bisa terhindarkan. Anggun berusaha sekuat tenaga untuk melapaskan cengkraman Chika dengan kedua tangannya.

Anggun kemudian mengepal tangan kanannya, mengayunkan tepat kearah perut Chika dengan penuh kekuatan.

Tangan Chika terlepas dari kepala Anggun. Kemudian Chika membalas dengan tendangan yang mengarah ke bagian perut Anggun yang diikuti dengan pukulan keras tepat di pipi kanan Anggun.
Chika kemudian mundur selangkah, karena merasakan sakit dibagian tangan kanan yang ia gunakan untuk memukul Anggun.

Ibu jari kanan Chika ternyata berdah akibat tangan Anggun yang awalnya berusaha melapaskan cengkraman Chika

"Hey,,,Sudah,,sudah ma,,Stop,,ma,,sudah..."

Teriak Dimas yang tak berdaya, melihat kekasih hatinya dihajar oleh istrinya.
Sementara Dimas, dirinya di peluk dari belakang oleh Seorang lelaki.

"He,,heh,,, sudah-sudah,,Chika jangan disini, nanti bisa ketahuan sama orang banyak, kita pindah ketempat lain saja"

Teriak seorang lelaki dari arah mobil yang tadi ditumpangi Chika. Laki-laki tersebut kemudian berjalan kearah Chika dan Anggun.

Terlihat jelas Oleh Anggun, sepucuk senjata Api tepat di pinggang Lelaki tersebut.

"Masuk..Masuk.. Cepat,,,"

Perintah Lelaki bertubuh besar kekar sambil membukakan pintu mobil dan mendorong Anggun masuk kedalam mobil diikuti dua laki-laki lainya yang menyeret Dimas masuk kedalam mobil yang sama.
Chika Bersama lelaki yang membawa senjata Api menggunakan mobil yang berbeda.

***

Tidak jauh dari tempat awal mobil Dimas Dicegat, mereka memasuki sebuah kawasan yang sepi penduduk, hanya terdengar deruan ombak.

"Ayo cepat turun"

Pinta seorang lelaki dengan nada kasar menarik Anggun yang sedang menggendong Buah Hatinya turun dari dalam mobil.


"Ayo cepat..!!!"

Dahut Chika yang berjalan menuju mobil didepannya.

"Ma, sudah ma, jangan ma,,"

"Tidak..!!! Kesabaran ku sudah Habis, mereka akan aku habisi disini...!!!!"

"Tidak...!!!!, Jangan libatkan Anak Ku, dia tidak ada kaitannya dengan semua ini, tolong..."

Pinta terakhir Anggun sambil menggendong Buah Hatinya.

"Apa kamu bilang..!!!?, Anak itu tidak ada kaitannya..!!?, Jangan kira Aku tidak mengetahuinya,,, itu adalah Anak haram, Hasil hubungan Gelap mu dengan Suami-Ku"

"Kamu tidak punya HATI...., Dasar IBLIS.....!!!"

Chika menoleh ke arah dua lelaki yang berada disampingnya dan menganggukkan kepalanya mengisyaratkan untuk menghabisi Anggun serta Buah Hatinya.

Tampak seorang lelaki mengeluarkan sebuah besi penjang dari dalam mobil yang ditumpangi Chika.

"Tidak ma, Jangan ma...."

Teriak Dimas Yang diikuti dengan ayunan tangan lelaki yang memegang sebuah besi penjang.
Anggun mencoba untuk menghindar, namun sayang, besi tersebut justru mengenai kepala dari Sanga Buah Hati yang sedang berada dalam gendongannya. Sontak darah mengucur dari kepala sang buah hati.

Dengan sisa tenaga, Sang buah hati memalingkan kepalanya ke arah Anggun.

"Mama,,," Kata Anak Anggun Sambil tersenyum. Buah Hati Anggun perlahan menghembuskan nafas terakhirnya.

"Tidak....Sayang,,, Bangun Nak,,,Tidak..."

"Kurang Ajar...!!!! Bunuh Aku...lebih baik Aku juga Mati bersama Anakku"

Dimas menyaksikan kedua orang yang ia Cintai Mati didepannya.

Dimas berjalan dengan tubuh yang bergetar, merangkul kekasih dan Buah Hatinya dalam pelukan sambil meneteskan air mata.

"Lepaskan mereka,, Mereka pantas untuk mendapatkannya"

Kata Chika sambil mendorong Dimas kearah samping, diikuti dengn ayunan kaki Chika yang menendang dan menginjak Jasad Anggun yang sudah tak bernyawa.

***

Kedua jenazah kemudian dimaksudkan kedalam mobil milik Dimas.

"Moses, Kita Makamkan dimana kedua Mayat ini"

"Tenang aku sudah memikirkannya, sekarang kita harus membungkus kedua mayat itu didalam 
Kantong, suru Dimas untuk membuang baju yang Ia kenakan"

Setelah berbincang, kedua mobil tersebut menepi dipinggir jalan.
Dimas dipaksa untuk melepaskan baju yang Ia kenakan dan membuangnya ditempat sampah.
Setelah Dimas mengganti pakaian yang Ia kenakan, mereka melanjutkan perjalanan menuju sebuah toko sembako untuk membeli kantong plastik.

"Hey,, Bagaimana ini, Toko ini sudah tutup?"

Tanya Chika kepada salah seorang Lelaki yang tadinya mengesekusi Anggun serta Buah Hatinya.

"Tenang, Aku ada nomor telepon karyawan yang bisa membantu kita untuk mendapatkan plastik itu"

Jawab lelaki itu sambil mengambil ponselnya.

"Hallo, Kamu dimana?, Bisa temui Aku didepan toko tempat kamu bekerja,? Aku butuh 2 Kantong plastik hitam berukuran besar"

"Oke, Aku segera kesana"

Beberapa menit kemudian karyawan tersebut tiba menggunakan sepeda motor miliknya.

"Kenapa kamu tidak datang dari tadi ketika toko masih buka?"

Tanya karyawan itu sambil membuka pintu toko tersebut.

"Oh itu, tadi dijalan aku menabrak seekor anjing, sekarang aku ingin menguburnya, tapi aku butuh Kantong plastik besar berwarna hitam untuk membungkus bangkainya"

"Makanya, Kalau kamu minum-minum, ketika pulang jangan menyetir sendiri, akibatnya kan jadi seperti ini."

"Haha... tenang, kamu seperti baru mengenal ku"

Selang beberapa menit, karyawan tersebut keluar membawakan kantong plastik yang diminta.

"Nih, besok saja baru dibayar, soalnya aku tidak bisa menghidupkan mesin kasir"

"Hehe... siap, Kalau begitu, aku pergi dulu ya"

Kata Lelaki itu sambil membawa kantong plastik, berjalan menuju mobil yang di dalamnya terdapat Jenazah Anggun dan Buah Hatinya serta Dimas yang duduk dibawah kursi (Karpet Mobil) sambil merangkul kedua jenazah yang dibaringkan diatas kursi.

***

Sudah sekitar satu jam berlalu, mereka akhirnya berhenti disebuah tempat yang sepi, jauh dari pemukiman.

"Sudah Disini saja, Aku yakin tidak akan ada yang menemukannya Disini"

"Kamu yakin Ses..?"

"Iya, Sudah,, sekarang suruh mereka untuk menggali lubang disini"

Setelah selesai menggali lubang, kedua jenazah Anggun serta Buah Hatinya dimasukkan kedalam lubang tersebut.

"Tuhan... Tuhan...."

Dimas membatin, sembari menangis.

"Ingat ya,,,Jangan pernah kamu ceritakan kejadian ini, Kalau sempat kamu menceritakannya, kamu serta keluargamu akan bernasib sama seperti Mereka."

Ungkap Chika yang kemudian meludah diatas tanah tempat jenazah Anggun serta Buah Hatinya dikubur.

***

Beberapa Bulan berlalu, setelah malam tragis itu Dimas memutuskan untuk pergi keluar kota untuk menenangkan dirinya.

Kejadi malam itu terus menghantuinya. Hingga suatu malam, ketika dirinya ingin beristirahat, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Tidak hanya sekali, ketukan itu semakin lama semakin keras yang memaksa Dimas bergegas menuju arah pintu depan, dimana suara itu berasal.

"Tok..tok.."

"Iya siapa, tunggu sebentar"

"Tok..tok.."

"Iya,,iya sabar..."

Ketika Dimas membuka pintu tersebut, ia tidak melihat siapa-siapa.

Dimas membatin, mungkin hanya tetangganya yang mengerjainya.

Ketika Dimas membalikkan badannya untuk menutup pintu, ia mendengar dengan jelas tawa anak kecil yang perlahan seperti memanggil dirinya.

Dimas membatin, tidak mungkin suara yang Ia dengar adalah suara anak kecil yang memanggil namanya.

Ia perlahan memberanikan dirinya untuk menoleh, namun Ia sekali lagi tidak melihat siapa-siapa.
Dimas kembali menutup pintu dengan perasaan gelisah, perlahan ia kembali kedalam kamarnya dan beristirahat.

Dalam mimpinya, ia melihat seorang wanita yang tidak asing baginya. Wanitanya itu tampak dari belakang seperti sedang menggendong Anak kecil.

Dan benar saja, Ia mengenali wanita itu. Wanita dalam mimpi Dimas adalah Anggun dan sedang menggendong Anak mereka.

"Kenapa Kamu hanya diam saja,,,,Kenapa.....Kenapa kamu tidak menolong kami.... Kenapa..."

"Akan Ku balas kalian,,,kalian akan mendapatkan balasannya"

Sontak kata-kata tersebut membangunkan Dimas dari mimpinya.

Dimas bangun dengan perasan yang karuan.

Terlintas kembali kejadian dimalam itu, malam Dimana Ia hanya terdiam ketika ia melihat kedua orang yang ia cintai dihabisi didepan matanya.

Hampir di setiap malam, Dimas memimpin hal yang sama. Dimas bingung, apa yang harus ia lakukan.
Dia ragu dan takut untuk melaporkan kejadian ini kepada Polisi karena dirinya sempat diancam, jika dirinya melaporkan kejadian ini, maka bukan hanya nyawanya tetapi juga nyawa keluarganya akan terancam.

Di tengah kebingungannya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan berita yang ia baca di surat kabar.
Dihalaman depan surat kabar tersebut, dimuat berita penemuan dua mayat terbungkus kantong plastik yang diduga kuat, jenazah seorang ibu dan Anaknya.

"Baiklah,,,Aku tidak akan bersembunyi lagi, akan ku Ungkap semuanya, Agar anak dan kekasih ku bisa beristirahat dengan tenang"

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Dimas menyerahkan dirinya kepada kepolisian setempat.
Setelah melewati proses yang panjang, akhirnya sidang digelar.

Dalam sidang tersebut, Hakim memutuskan hukuman bagi para pelaku serta semua yang terlibat didalamnya mendapatkan hukuman maksimal seumur hidup.

***TAMAT***

Pesan moral :

1. Berpikirlah sebelum melakukan segeala sesuatu. Jangan biarkan hawa nafsu membutakan akal sehat mu.

2. Jangan Bersaksi dusta, jangan pernah menginginkan dan memiliki apa yang bukan milikmu dengan cara yang tidak pantas.

Cerita pendek ini dikarang oleh Fighaz Mc | Fino Ghaza, Andryanto.
Mohon jangan dicopy paste tanpa ijin penulis ǁ Cerita ini hanya cerita fiksi dan imajinasi Kami, jika ada kesamaan cerita dan nama itu hanya kebetulan semata ǁ cerita ini kami dedikasikan kepada seluruh remaja di mana saja, terutama remaja perempuan, tolong jangan salah bergaul, jaga diri kalian, apalagi di era sekarang ini, karena kami tak mau kalian mengalami kejadian seperti dalam fiksi imajinasi kami diatas.

Cerpen : Kematian Yang Mencari Keadilan
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url